Pengamatan Pasang Surut
Pasut surut laut
adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara relatif yang
disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan
matahari. Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut
suatu lokasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat ditetapkan datum relatif
tertentu yang sesuai dengan keperluan-keperluan tertentu pula. Pengikatan
stasiun pengamatan pasut adalah prosedur standar yang dilakukan untuk
mengetahui kedudukan nol palem relatif terhadap suatu titik di pantai yang
ditetapkan untuk keperluan rekonstruksi. Tinggi titik di pantai atau kedalaman
titik di laut hanya dapat ditentukan secara relatif terhadap bidang yang disepakati
sebagai referensi tinggi atau datum relatif. Datum relatif ditentukan dengan
merata-ratakan data pasut sepanjang rentang waktu pengamatan. Gambar 1.
menunjukkan kedudukan palem terhadap titik pengikat benchmark (BM). Tinggi muka
air yang diamati, diukur relatif terhadap nol palem berdasarkan beda tinggi
yang telah diukur.

Pengukuran pasang surut dilakukan untuk
mendapatkan bidang muka surutan (Chart
Datum), yang menjadi referensi kedalaman peta bathimetri. Selain itu,
pengukuran pasang surut dibutuhkan untuk mengoreksi nilai kedalaman pemeruman
hasil survei batimetri.
Untuk mempelajari
karakteristik pasang surut di daerah survey, dilakukan análisis pasang surut
untuk menghitung konstanta harmonik pasang surut masing-masing daerah kajian.
Konstanta harmonik pasang surut adalah dua parameter yang dianggap konstan,
yakni amplitudo beberapa komponen pasut, serta keterlambatan phasa dari pasang
sebenarnya dari pasang surut setimbang (eqilibrium
tide)-nya. Konstanta harmonik ini
nantinya dapat digunakan untuk meramalkan kondisi pasang di perairan tersebut,
untuk setiap kurun waktu yang dikehendaki. Ramalan pasang surut sangat
bermanfaat dalam menetapkan kriteria desain bangunan pantai, keperluan navigasi
serta keperluan lainnya.
Pasang surut laut dihasilkan oleh gaya tarik bulan,
matahari dan benda langit lainnya, yang disebut sebagai faktor astronomis.
Sepanjang penjalarannya gelombang pasang surut dipengaruhi oleh topografi dasar
laut, morfologi pantai serta kondisi
meteorologi. Komponen pasang surut yang dihasilkan oleh faktor-faktor
astronomis merupakan gelombang harmonik (periodik), sedang pengaruh
meteorologis tidaklah periodik, bahkan seringkali hanya menghasilkan efek
sesaat saja.
Tinggi muka air oleh pasang surut merupakan jumlah dari banyak sekali
komponen pasang, sehingga dapat dituliskan sebagai persamaan berikut :
Analisis harmonik pasang surut dapat dilakukan dengan cara Least Square. Metode ini merupakan metode untuk mencari solusi dari
persamaan (1). Kalau kita mengabaikan faktor meteorologis, maka persamaan
diatas dapat dituliskan sebagai:
dimana :
k adalah jumlah komponen pasut
yang dihitung,
tn
adalah waktu pengamatan (dimana n=-n ,
-n+1,.. ,0, 1,..n-1,n, dengan n=0 merupakan waktu tengah pengamatan)
Dengan analisis harmonik pasang surut, solusi persamaan tersebut di hitung dengan asumsi persamaan linier, yang menghasilkan :
Tinggi muka laut rata-rata ( Mean Sea
Level – MSL)
Amplitudo dari n buah komponen pasut
Ketertinggalan phasa dari n komponen pasut
Sedemikian hingga persamaan pertama tanda i dapat dituliskan sebagai berikut
:
P. van der Stock (1992) mengklafisikasikan karateristik pasut
suatu daerah berdasarkan perbandingan amplitudo dari komponen diurnal dan
semidiurnalnya, yang dirumuskan sebagai :
Tipe pasang surut di daerah itu diklasifikasikan sebagai :
Campuran Semidiurnal bila
0.25 < F
< 1.5
Campuran Diurnal bila 1.5
< F <
3.0
Diurnal
bila F >
3.0
thankas infonya sangat bermanfaat sekali
ReplyDelete